Satu sore langit kemerah-merahan
Menggulung mega berarak
Di teras kita duduk bersama
matamu lekat pada buku yang kau baca
dan aku menikmati ranting-ranting
menari memangkas angin
Riuh rendah kanak-kanak
dengan celoteh mereka
Satu waktu kita berjalan beriring
melibas kerikil tajam dan onak tanpa alas kaki
dalam jemari rapat menggenggam
Jalanan ini laksana sebuah buku
yang kita lalui lembar demi lembarnya
mengecup luka ataupun mengulum rindu
Dan puisi selalu menjadi penandanya
bahwa cinta tengah membangun istananya.
Ku retas prosa sederhana bersamamu
tentang wajah teduh tenang
tentang mata sendu berlumur rindu
Dalam terawang melukis langit
dengan phrase yang sahaja
Sayangku..
aku selalu mengingat bisikmu
segala yang indah,
memang tak harus ditunjukkan dengan bermegah.
hmm,, tes
BalasHapus