Kamis, 20 Juni 2013

Perempuan Pembelah Langit

Kuamati sosok ringkihmu, terjaga di antara nyanyian penghuni malam
yang tak hendak ditinggalkan

Hari belumlah pagi,
embun masih tersembunyi,
menekur senandung kesunyian
di pucuk-pucuk ilalang

Lirih kuikuti langkah kakimu,
membasuh wajah, menanggalkan kemalasan
yang kokoh membelenggu,
menepikan keengganan
atas pertemuan yang diinginkan

Diam-diam aku mengamatimu,
menikmati lelagu yang sayup kau lantunkan,
merobek langit pagi

Bu…
Tak kau kenali aksara-aksara dalam hidupmu,
tapi engkau sungguh fasih
melafalkan deretan abjad
yang menyusun namaku

Nama yang kau sebut berulang-kali,
agar kebaikan
datang dari Illahi Rabbi,
atasku dan orang-orang terkasihmu

Ibu, ibuku…
Perempuan pembelah langit,
tanpa senjata

Hanya jari-jemari tengadah,
terbuka,
terbalut doa-doa,
lugas menuju ArsyNya.

- Buk, poet kangen…-

*Tulisan ini pernah tayang di Kompasiana pada tanggal 26 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar