ini, hujan ke sekiansejak musim memporak-porandakan warna langit
serupa ingin yang tak terbaca olehmu
bisikkan saja pada angin yang piawai
meretas kelabu atau menghempas lalu
menggantinya menjadi semilir pengurai rindu
lelah ku tunggu barisan tutur
lembut singgah di kupingku
lalu ku simpan semanis sajak
di sudut sunyi hatiku
ihwal sunyi, bukanlah sepasti-pastinya sunyi
selalu ada ketuk jerit dan tangis
tentang penantian berkalang kepastian
maka kutinggalkan secarik kertas dan pena
di atas coklat tua meja kayu
sisipkan saja satu dua baris katamu
untuk kubaca, saat terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar