Minggu, 30 Juni 2013

Sajak Kita

Satu sore langit kemerah-merahan
Menggulung mega berarak

Di teras kita duduk bersama
matamu lekat pada buku yang kau baca
dan aku menikmati ranting-ranting 
menari memangkas angin
Riuh rendah kanak-kanak
dengan celoteh mereka

Satu waktu kita berjalan beriring
melibas kerikil tajam dan onak tanpa alas kaki
dalam jemari rapat menggenggam

Jalanan ini laksana sebuah buku
yang kita lalui lembar demi lembarnya
mengecup luka ataupun mengulum rindu

Dan puisi selalu menjadi penandanya
bahwa cinta tengah membangun istananya.

Ku retas prosa sederhana bersamamu
tentang wajah teduh tenang
tentang mata sendu berlumur rindu

Dalam terawang melukis langit
dengan phrase yang sahaja

Sayangku..
aku selalu mengingat bisikmu

segala yang indah,
memang tak harus ditunjukkan dengan bermegah.

1 komentar: