Kamis, 20 Juni 2013

GYB : Keila


"Seandainya kita bisa setulus hujan, ada, turun lalu menguap begitu saja dan seterusnya. Tentu tidak akan ada hati yang begitu terluka."

Berkali-kali kubaca statusmu sore ini, lewat akun palsu yang sengaja kugunakan untuk mengintipmu, setelah kamu memblokir semua akses komunikasi kita.
Berulangkali aku menulis-hapus untuk sebuah komen di statusmu itu Kei…

"Galau ya mbak…?"
Dan hanya berbalas sebuah emoticon senyuman darimu.

Hujan lagi ya Kei…
Aku sedang mereka-rekamu dari tempatku duduk disini. Kamu pasti sedang di depan jendela, memandangi bulir-bulir hujan. Seperti yang biasa kau lakukan.
Heeghh…
Seperti ada ribuan ton beban yang tiba-tiba menghimpit dadaku, segera setelah aku mengingatmu, Kei…
***

"Ku tunggu di tempat biasa mas…" begitu katamu di telfon, sore itu.

Tak perlu waktu yang terlalu lama bagiku, untuk menemuimu.
Dermaga, tempat yang teramat kau suka untuk menghabiskan sore dengan menatap senja.

"Duduk mas…" katamu begitu aku tiba disana.
Hey…kenapa jadi secanggung itu ? Masih marah ya Kei ?
Aku duduk di sebelahnya.
"Kei… "
"Kita putus aja mas…"
Datar, tenang dan tegas.
Aku segera pindah, dan duduk di depannya. Menatap wajahnya, mencari kesungguhan di matanya.

"Kei…aku kan sudah meminta, beri sedikit waktu lagi, aku belum bisa memutuskan saat ini, please… "" "Sampai kapan mas ? Setahun itu tidak sebentar. Dan kamu masih memintanya lagi ?"
Kali ini matanya begitu tajam menatapku. Ah… Aku kelimpungan dibuatnya, kelu.

"Aku…entahlah Kei…" aku mendengus kesal. Tak mampu berkata-kata lagi. Aku tidak punya alasan untuk tiba-tiba memutuskan pertunanganku dengan Dea. Tapi aku juga tak mau kehilanganmu, Kei…

"Silahkan putuskan, aku atau dea ?"
Aku diam. Menatapmu lekat. Kelembutanmu lenyap sudah key, yang tersisa hanya dingin dan kaku.
"Entahlah…" aku menggelengkan kepala.
"Itulah kenapa aku memilih untuk mundur mas. Kamu tak akan pernah punya putusan. Aku perempuan, aku ingin kepastian. Dan kamu tak punya itu untukku. Kita sudahi saja, aku lelah menunggumu. Semoga kau bahagia, mas. Selamat sore.""
"Kei…"
Hanya menoleh sekilas, tersenyum dan berlalu.

Ah…key… Sudah hampir 6 bulan berlalu. Dan aku masih belum bisa menghapusmu. Tak pernah mampu. Hujan, senja dan bunga. Tiga hal yang berubah menjadi wajahmu, ketika aku menatapnya.
Aku lelaki gagal Kei ! Gagal setia, dan gagal mempertahankan apa yang kuinginkan.
Kupandangi bayangan wajahku di cermin. Dan aku menjadi benci sekali pada diriku.

"Dasar, lelaki brengsek sialan!"

*Tulisan ini pernah dipublish di Kompasiana pada tanggal 6 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar