Kamis, 20 Juni 2013

Melepasmu

“Kita mesti akhiri semua ini, Tan...”
“Knapa, Chris ?“  serta merta kamu menoleh menatapku.

Ah…bola mata itu. Keteduhan yang selalu ku dapati disana. Kesejukan yang menenangkan jiwa.
Aku mengalihkan pandangan. Menatap laut lepas. Aku tak sanggup lagi tenggelam dalam keteduhan itu. Tak sanggup lagi.

“Aku hanya tak ingin semakin menyakitimu, Tan...”
Inge tahu tentang kita, Chris?” tanyamu tertunduk.
”Tidak, ini bukan soal Inge. Ini masalahku, aku“
“Lantas kenapa?Kenapa tiba-tiba berubah?Adakah sikapku yang tidak menyenangkanmu“

”Sudah ku bilang, ini soal aku. Bukan karena siapa-siapa.“
Muara kesalahan ini memang ada padaku. Pada kepengecutan sekaligus keserakahanku.
Aku tak mampu menolak bahkan cenderung membiarkan ketidaktegasan ini berlarut-larut. Dan menyeret Tania dalam kisah cinta semu.

Dia selalu ada, saat-saat aku bermasalah dengan Inge. Membagi telinganya untuk mendengarkanku. Menyodorkan bahunya tiap kali aku perlu berbagi beban. Membantuku menyelesaikan persoalan dan perselisihanku dengan Inge.
Lalu tanpa kami sadari, kami saling membutuhkan, merasakan kedekatan, mengasihi, meski tau pasti ini harusnya tak terjadi.
Aku membiarkannya, atau brengseknya justru malah menikmatinya ?

Cinta itu ada untuk Tania, meski tak pernah bisa mengalahkan cintaku pada Inge, gadis yang telah di lamar keluargaku. Dan akan menjadi pendampingku, dalam hitungan beberapa bulan ke depan.

”Kamu yakin dengan putusanmu, Chris?” kali ini ku lihat matanya mengembun. Ada selarik air yang siap jatuh dari kelopaknya.
Heeeggh…
Aku menghela napas panjang. Mengumpulkan kekuatan.

Iya, Tan. Kita mesti mengakhiri semua ini. Percayalah…akan ada seseorang yang jauh lebih baik dan pantas untukmu. Bukan laki-laki brengsek seperti aku.“
”Aku tidak yakin akan menemukannya, Chris. Karena mungkin aku tidak akan mencarinya.“
”Kamu tak perlu mencari, Tan. Kamu akan ditemukan. Dengan segala kebaikanmu, akan banyak radar yang memancarkan itu. Yakinlah...“
“Tapi aku hanya mencintaimu, Chris. Hanya kamu, bukan yang lain..”

” Aku juga mengasihimu, tapi ini tak akan pernah terwujud, Tan… Terlalu sulit bagi kita.“
”Apa yang tidak mungkin di dunia ini ? Kalau kau mau pergi, pergilah… Aku akan tetap ada disini. Ingat Chris, jika satu hari seseorang menyakitimu, pulanglah. Disini ada tempat untukmu. Hati yang tak akan melukaimu…
Bulir-bulir itu luruh sudah. Aku hanya bisa menatap wajahnya yang tertunduk.
Tania… Aku selalu mendapat ketulusan itu…selalu. Tapi apa balasanku untukmu ? Hanya meninggalkan luka di hatimu.
Kamu mengusap airmatamu, lalu mencoba tersenyum.

“Pergilah… Aku akan baik-baik saja. “
Sesaat aku diam. Lalu meraihnya dalam pelukku, erat.
Chris…“
“Ya…“
”Aku tidak akan menyalakan radar itu, untuk siapapun selainmu. Karena aku percaya, kamu akan kembali padaku, suatu hari nanti.

Aku tak menjawabnya. Hanya pelukan yang kupererat sebagai jawabannya.

Take care, Tan. I will miss you so much, dear...”
”Bye, Chris…”

Ku ayun langkah menjauh, meninggalkanmu di sudut dermaga. Meski ada rasa tak tega. Akhirnya ku langkahkan kakiku ke cafe kecil ini. Dari jendela kaca, aku masih mengamatimu. Melihat bahumu terguncang. Meski tak terdengar, tapi isakmu terasa dekat di dinding dengarku.
Tak lama, aku melihatmu beranjak. Meninggalkan dermaga dengan langkah gontai. Wajah murammu melewati sisi jendela kaca ini, meski kau tak melihatku.

Ah…Tan, aku sebenarnya juga sangat mengasihimu.

*Tulisan ini pernah dipublish di Kompasiana pada tanggal 18 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar