"Aku tidak suka !"
"Tapi Kang..."
"Kamu harus memilih, kalau kamu memang masih ingin bersamaku..." ujarnya kaku.
"Adakah yang salah dengan semua ini ? Dengan semua yang ada padaku ? "
" Tidak ada..Hanya saja aku tidak suka. Kamu sudah tahu kan ? Aku tidak
mau kamu dimiliki orang lain, dinikmati orang lain, jika kamu ingin
menjadi milikku kamu harus meninggalkan duniamu. hanya itu saja
pilihannya..."
"Menari bagiku tidak hanya sekedar mencari duit, Kang. Aku mencintai
ini, sama seperti kepadamu. Bagaimana aku bisa memilih diantara keduanya
?"
"Terkadang kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan secara
bersamaan, Sri. Dan aku tahu pasti, Kamu tentu tak pernah bisa
meninggalkan duniamu kan ? Aku yang akan pergi. Jaga diri baik-baik.
Kita sudahi sampai disini."
Aku hanya bisa diam, tak mampu lagi menakhlukkan kekerasan hatimu. Aku
mencintaimu seperti aku mencintai duniaku, dunia seni. Pilihan ini tak
kan mudah untukku. Dan nyatanya, kamu memang benar-benar pergi dariku.
Tak pernah kembali lagi. Meski di dalam hati aku tetap tak mampu
mencerna kehendakmu itu, Kang. Kenapa kau begitu tak menyukai ini.
Seperti kali ini, tiapkali aku menatap bayangan wajahku dicermin, selalu
bayangan-bayangan kita yang lalu, muncul berkelebatan seperti slide
film. Memaparkan kenyataan yang berbalut pahit, dan tak terelakkan.
"Sri..." seseorang menyentuh pundakku.
Aku menoleh, Kang narji, pemimpin
sanggar seni. Tempatku bernaung, mengabdikan diri dan jiwaku. Orang
kepercayaan almarhum bapak, untuk tetap melanjutkan hidup sanggar ini.
Seseorang yang selalu sabar menantiku, meski dia tahu, sejak dulu,
hatiku selalu untuk Kang Pram, Pramudya, hingga detik ini.
"Sudah giliranmu, Sri. Penonton sudah menunggumu..." katanya tersenyum.
"Iya, kang..." aku segera beranjak.
Melangkah pelan menuju panggung.
Menarik nafas panjang, dan menghembuskannya perlahan. Di luar sana,
gemuruh tepuk tangan dan teriakan penonton sudah menantiku. Menunggu
gemulai tanganku menari diiringi lembut gending-gending jawa.
' Ini memang duniaku, dunia yang ku cintai. Warisan terindah yang ku miliki. Meski aku harus merasa sepi di dalam hati.'
Kidung lara, tetembangan luka
Yang tegar ku kumandangkan di dalam jiwa
Kidung cinta, tetembangan duka
Yang setia mengalirkan airmata
Kidung dunia, tetembangan nyata
Yang mampu menyatukan suka berikut lara.
- Terkadang hidup memberikanmu satu pilihan yang teramat sulit untuk menguji ketegaranmu. -
menyimak.....;)
BalasHapusmakasih mbak Selsa, :)
Hapuspilihan yang teramat sulit untuk menguji ketegaran.... hhmmm begitu ya poet
BalasHapushe-em mas, ampe mumet si Sri saking bingung e..ekekekeke
Hapusnyimak mawon Val
BalasHapussilahkan mas Anam, makasih ya...:)
Hapus