Jumat, 21 Juni 2013

Tentang Hujan Pagi Ini

“Val…”

Aku mendongakkan kepala demi mendengar suara yang memanggil namaku. Keasyikan memandangi kepul-kepul yang menebarkan aroma harum dari cangkir milktea-ku, sambil mempermainkan sendok kecil di tanganku.


“Eh, mas… Kok tau aku disini ??” tanyaku dengan kening sedikit berkerut.
“Off day, di pagi yang hujan…Dimana lagi tempatmu bersembunyi kalau tidak disini, di pojokan, hehehehe”
Dia tersenyum, gingsulnya menyembul dari bibirnya.

“Hehehehe, iya…”
Segera kamu duduk di depanku.
“I know you so well, sweet…”
“Emm, iya, soalnya……”
“Aku tahu apa yang akan kau katakan. Aku menyukai keajegan mas, aku tidak suka mencoba hal-hal baru karena aku takut kenikmatanya masih belum bisa menandingi apa yang sudah biasa ku nikmati, begitu kan ? Seperti milk tea dan danish custard cone ini, yang selalu kamu pesan bertahun-tahun tanpa keinginan mengganti padahal ada banyak menu baru yang layak buat dicoba. iya apa iya ?” kamu memotong kalimatku.
“hahahaha…”

Tawa kami berderai…

“Aku senang melihatmu tertawa lepas, pagi ini…”

Aku menatapmu sekilas, kamu sedang memandangiku lekat. Ku alihkan pandangan segera, jengah. Menatap bulir-bulir hujan di jendela kaca. Memburamkannya, sehingga aku tak mampu mengintip dermaga yang basah di luar sana.

Kamu memang selalu berusaha mengerti dan memahami, hatiku yang tak mudah berganti. Kamu terlalu tegar dengan semua pengabaianku selama ini. Tak pernah menyurutkan langkahmu untuk tetap memperhatikanku. Dengan atau tanpa balasanku, kamu selalu ada untuk aku. Ah…begitu rumitnya konstruksi hati. Bersikukuh pada yang entah, mengabaikan yang ada dan nyata. Heegghhh….

“Val…”
“Iya…” Aku menatapnya. Berusaha menelusuri semua kesungguhannya, mengenali tulusnya.
“Hujan pagi ini, apakah masih tentang yang telah terlewati ?”

Aku diam. Di matamu, kesungguhan itu memang nyata, dan aku tak seharusnya menyiakannya.

“Eemm…bagaimana kalau kita mulai tentang kita ?” jawabku pelan, tapi pasti.
Kamu tersenyum, tak berkata sepatahpun. Hanya saja, tanganmu erat menggenggam jemariku. Dan bagiku, itu sudah cukup mewakili semua perkataanmu.

-terkadang kita tak pernah tahu apa yang kita rindukan, hingga ia datang di hadapan kita, dan memberikan kebahagiaan yang nyata-
Thanks to my lovely sista, Dyah Indira. Kata-katamu makjleb, Bu ! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar