Senin, 17 Juni 2013

Kita, Hanyalah Rasa Yang Purba


dua raga menyuling embun di persinggahan waktu  
lewat percikan rasa yang menetes hingga bertelaga
sementara riak tiba-tiba bergelombang tak menentu
menghempas jiwa pada goda yang tertawa berlaga

berdeguplah sebuah kisah pada detik yang tak lagi ramah
menyeret polah yang hilang pola ke penghujung senyap
taklukan ranah gundah pada sebentuk hasrat yang kalap
tersirap kidung desah dalam hembus nafas terpatah
 
adalah lekuk yang terpapar raba tanpa iba
syaraf-syaraf terasuki candu penyadap nalar
hingga naluri merebak pada ingin yang purba
benarkah nafsu selalu berhasil meretas sadar?

kiranya,
bukanlah sekosong-kosongnya omongan
bahwa cinta tak pernah jauh dari syahwat
nyatanya, satu dua meribu lapis lembaran 
sandang tak pernah mampu menutup aurat

netra tak akan buta pada karma khudi yang kodrati
karena hitam tak pernah memasung renjana kelam

___hers,bdg150613 
kamarseparuhbiru
tayang juga di sini

4 komentar:

  1. Akang...eneng.....kumaha? Damang? Rukun-rukun ya.....
    mbak Ervy batuk? Sono ngunyah kencur dulu.....atau biji kedondong....haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. ckikikiki, damang sawangsulna, mbakyu teteh...

      Hapus