Dear Kangmas…
Gerimis lagi sore ini,
sudah sekian hari,
langitku tak nampak ramah,
tanah tempatku berbijak
senantiasa lembab basah
Aku berdiri di sini,
tempat yang sama dengan waktu itu,
halte kecil dekat rumah sakit tua,
menunggu bus kota,
diantara rinai yang tak kunjung reda
Payung biru cantik
menghias di atas kepala,
namun angin terlalu genit kangmas…
hingga pipiku basah oleh tempiasnya,
dingin segera merambati sukma
Hujan kali ini…
terasa sangat berbeda,
tak kulihat macam gradasi warna,
tak mengalirkan aroma apa-apa
Hanya bulir bening,
membelah pandangku
serupa jarum-jarum rindu,
tajam menghunjam tiap pori-pori rasaku
Ah biarlah…
hujan ini menjadi hujan saja,
karena aku tahu,
jika kau ada dekatku,
pasti tak kau biarkan
gigil ini berlama-lama menyentuhku
Tunggu kangmas…
aku sudah dalam perjalanan pulang,
sambut saja dengan pelukmu,
karena hanya itu yang ku perlu.
Gerimis lagi sore ini,
sudah sekian hari,
langitku tak nampak ramah,
tanah tempatku berbijak
senantiasa lembab basah
Aku berdiri di sini,
tempat yang sama dengan waktu itu,
halte kecil dekat rumah sakit tua,
menunggu bus kota,
diantara rinai yang tak kunjung reda
Payung biru cantik
menghias di atas kepala,
namun angin terlalu genit kangmas…
hingga pipiku basah oleh tempiasnya,
dingin segera merambati sukma
Hujan kali ini…
terasa sangat berbeda,
tak kulihat macam gradasi warna,
tak mengalirkan aroma apa-apa
Hanya bulir bening,
membelah pandangku
serupa jarum-jarum rindu,
tajam menghunjam tiap pori-pori rasaku
Ah biarlah…
hujan ini menjadi hujan saja,
karena aku tahu,
jika kau ada dekatku,
pasti tak kau biarkan
gigil ini berlama-lama menyentuhku
Tunggu kangmas…
aku sudah dalam perjalanan pulang,
sambut saja dengan pelukmu,
karena hanya itu yang ku perlu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar